Terlahir dari pasangan pemimpin.
(Lahirnya permata abu-abu)
Di sebuah barat kota hiduplah sepasang suami isteri yang bernama yang suami bernama ABDUL RAHMAT dan isterinya yang bernama RIHAYAH, sepasang suami isteri ini terkenal sebagai salah satu orang terpandang di daerahnya karena bukan hanya terkenal masalah keagamaanya akan tetapi terkenal juga karena sikap dan perilakunya yang salih dan shalihah RIHAYAH kini telah mengandung dengan kondisi hamil tua yaitu delapan bulan, Pasangan suami isteri ini juga terkenal sebagai pemilik sekaligus pengasuh salah satu pondok Pesantren yang terbesar di kota itu yang bernama AL-ITTIHAD, keduanya jika di linkungan pondok pesantren tersebut di kenal dengan sebutan ABAH dan UMI, di sebuah lorong di pendopo Pesantren ABI sedang duduk dan membaca koran harian ditemani secangkir teh hangat dan beberapa cemilan ringan, lembar demi lembar beliau baca tapi tidak ada satupun kabar yang membuat yang membuat beliau gembira,Kira-kira kapan akan lahirnya?, lamun abah didalam hatinya sambil menghela napas, Astagfirullahalladhzim, dengan suara keras dan tersentak kaget ABI karena bahunya ditepuk oleh aki jarkon salah satu pekerja di pondok pesantren ABI, lantunan suara dzikir tersebut membuat kaget aki jarkon dan sontak kaget aki tersebut dengan mulut yang komat-kamit tidak karuan karena latahnya aki jarkon, dan kembali aki jarkon pun ditepuk kembali oleh ABI dan ABI pun bertanya “ana apa ki”?(ada apa dengan memakai bahasa daerah setempat), punten kyai pamali ari nglamun bae kuh, seloroh aki jarkon, ki, ari Pamali kuh lakie Bumali y? (ki, kalau pamali itu suaminya Bumali y?) timpal ABI dengan menjawab dan sembari tersenyum kecil, “begini ki sebenarnya saya sedang bingung anak pertama saya, laki-laki atau perempuan y”??? tanya ABI kepada aki jarkon, “ waduh saya sendiri juga tidak bisa menjawab pertanyaan itu kyai ” timpal aki jarkon sembari membuka kopeah dan mengerutkan dahi, kalau kyai sendiri apa yang kyai mau laki-laki atau perempuan, aki jarkon pun balik bertanya, “ iya benar ya ki timpal ABI, kalau boleh jujur saya lebih suka kalau anak pertama saya perempuan biar Cantik, Pintar, dan Solehah, seperti ibunya tutur ABI tapi sayang ki, sambil senyum kepada aki jarkon, sayang kenapa kyai? Timpal, “agak jahil” timpal ABI sambil tersenyum-senyum kecil,
“Ehhem” siapa yang jahil, sapa UMI yang tanpa terasa sudah ada di belakang ABI,
“ g mi, ini ABI sedang mengisi teka-teki silang yang jawabannya “JAHIL”, sahut ABI sambil berdiri dan menyodorkan korannya kepada isterinya, sambil tersenyum-senyum tidak karuan, “ooo begitu toh” timpal umi, “Tapi mi” ki jarkon ikut dalam pembicaraan, langsung Abi menjiwit pinggang Aki jarkon, “aaaa” jerit ki jarkon, kenapa ki Tanya Umi sambil senyum (karna telah mengerti dengan keadaan yang sebenarnya), “ iki mi ana semut ireng gede nyokot kula” sahut ki jarkon dengan memakai bahasa daerah, “0o” sahut umi sambil bergegas menuju ruang belakang untuk kembali melaksanakan rikegiatannya sehari-hari yaitu sebagai ibu rumah tangga(memasak untuk suaminya), “Kyai saya ke kebun lagi ya untuk mencangkul”, ucap aki jarkon, “y ki” sahut ABI, saya juga mau ke Pesantren dulu untuk melihat santri-santri.